“Jangan embel
embeli sebutan apapun di depan nama
saya” Itulah sambutan kiay Muhtarom menyampaikan wasiat almarhum selaku wakil
keluarga dalam sambutan penghormatan terahir serta pemberangkatan jenazah
almarhum bapak KH. Muhammad Balya. Menyampaikan pesan wasiat terakhir yang
terasa sangat janggal. tidak perlu di tafsirkan karena yang paling mengerti hanya almarhum. Selama ini almarhum sebagai pengasuh dan juga sebagai salah
satu kiay dari pesantren besar Pabelan. Mengenang Ustadz Balya terasa sangat
jelas seakan belum percaya bahwa beliau sudah tiada. Karakter yang sangat
cerdas pribadi yang bersahaja .Sulit mengikuti pola fikir beliau yang sangat
cepat selalu di atas masalah. Orang biasa satu langkan dalam berfikir beliau 10
langkah.Bersama almarhum Hamam Ja’far
adalah sutradara Pesantren Pabelan ibarat dalam pertempuran. Kiay Hamam sebagai
jagoan dengan pedang selalu menang di medan perang Almarhum muhamad balya dengan kecerdasannya
selalu mampu mematahkan strategi lawan.Almarhum
muhamad Balya yang menghalau dengan cerdik Pabelan dari Politik Hitam negara Barat
politikus musang abu abu Nasional mematahkan pengaruh radikalisme Islam. Ibarat memancing ikan
Pabelan selalu “MENDAPATKAN IKAN YANG PALING
BESAR PADA KOLAM YANG KERUH”Yang mampu di kerjakan orang biasa hanya memancing
ikan. Itulah kehebatan almarhum.
Kembali ke karakter almarhum. Kalau profesi itu ibarat
cangkang keong beliau tidak pernah terjebak pada cangkang PNS yang sumpek
menghabiskan umurnya dengan seragam yang tupoksinya sudah di tentukan sementara
yang lain hanya mampu berdoa sampe ndower mulutnya untuk jadi cangkang .Almarhum mampu bicara
penuh inspirasi di depan presiden , para duta besar rujukan pengembangan
masyarakan di depan badan dunia. Tidak kalah adu cerita jenaka bareng almarhum
Gus dur.Kuat belajar dalam semua ilmu tidak telat dalam perkembangan berita
semua mampu di olah menjadi sumber inspirasi sehingga ketika terjun dalam
lembaga pesantren semua elemen seperti terbius untuk mendekati, Politisi, awak
media, budayawan, para ulama, birokrat
dan lain lain seperti semut yang mencari gula. Muhamad balya mampu menjadi
intelektual, tetapi juga mampu menjadi sahabat para buruh tetangga kanan kiri
karena kemampuanya menjadi pendengar. Dalam perkembangan pesantren bersama almarhum Hamam beliau tampil sebagai pengayom sejati sementara kiay Hamam tampil sebagai
pemimpin sejati tetapi sepeninggal kiay Hamam almarhum juga mampu menjadi
pemimpin yang pada prakteknya bercara fikir komunal bukan parsial. Sabar dan
ikhlas sebenarnya itu cara hidup almarhum. Marah hari ini karena pekerjaan yang
keliru itu untuk dampak 10 tahun yang akan datang. Prinsip karakter beliau adalah
pengayom, baik itu di lembaga pesantren atau lembaga masyarakat. Menjelan usia senja beliau di sibukkan
dengan mengayomi masyarakat terutama karakter yang kurang berbakat tetapi selalu memaksakan
diri. Sangat kuat kekaguman penulis akan keikhlasan beliau dalam mengabdi
kepada masyarakat almarhum sangat menjaga nuraninya. Semua prestasi peran
sangat cantik di mainkan karena keikhlasannya.perjalanan ketokohan di mata masyarakat tak pernah terjebak pada keberpihakan kepentingan kelompok justru mengatur area conflik.semua berahkir untuk kebaikan. kualitas menang tanpa merendahkan semua masalah hari ini sudah mampu menjadi suguhan anekdot karena kekeliruan yang di paksakan bertahun tahun yang lalu.karakter jagoan lintas profesi. ALLAHUMMA FIRLAHU WARKHAMHU WA AFIHI WAKFUANHU semoga di ampuni dosa beliau di terima amalnya mendapat surga yang indah amiiinnn amiiiin amiiin....
0 komentar:
Posting Komentar