Bapak KH.Hamam Ja'far singa pemimpin domba

.
Tak terasa 17 tahun kau meninggalkan kami, seakan belum hilang aroma khas minyak tawon semerbak dalam hidung dan nafasku, wajah tegas terbalut hati yang semeleh ikhlas, otot idalisme yang kekar di balut kerendahan hati yang mengurat, sampai detik inipun aku tak mampu mengejar apa esensi dari cara berfikirmu, pemikiranmu tak pernah habis jadi rujukan tokoh intelektual scala Nasional tetapi kau tetap menjadi sandaran tetanggamu dari quadran kere buruh tani dan pekerja serabutan kaum terbawah Ndeso seperti kami,

aku yang dilahirkan dari komunitas buruh tani, aku yang dilahirkan yatim semenjak 2 tahun usiaku dan aku yang di takdirkan jadi anak liar yang merasakan pobiya sekolah SD yang masa kecil ku habiskan di antara canda ria buruh Tani ndeso Pabelan 30 tahun yang lalu. Pak Kiay Haji Hamam Ja’far pengasuh pondok pesantren pabelan,
kau yang pernah jadi delegasi ulama Indonesia ke Gedung Putih, kau yang pernah santer di isukan calon Menteri Agama, segudang prestasi kebesaran kau dapatkan tetapi kau tetap selalu mengisi kekaguman obrolan heboh kaum buruh komunitas Simbokku yang selalu menanti tema kuliah subuh untuk jadi ikon obrolan kekaguman di tengah deras dan kecut keringat di terik kerja buruh tanam padi di sawah seakan melebihi kegandrungan komunitas face book saat ini.
Di tengah permasalahan besar yang kau hadapi kau masih sempat memperhatikan aku 30 tahun yang lalu aku masih berusia 6 tahun ketika aku mencari ikan di kali Jebol di tengah tubuhku yang kotor penuh lumpur dan basah kuyup kau lihat wadah ikanku yang kosong, justeru aku di boncengkan motor mengkilap Yamaha merah terbaru tahun 80 dengan tangan di suruh memeluk perutmu yang kau tak perduli pakaian yang kotor di ajaknya aku muter ke kota Muntilan dan di belikan peyek belut dan ikan Mas goreng untuk di bawa kerumah, plus ku ceritakan pada simbokku naik motor kok pohon pohon pada lari... Padahal saat itu kebanggaan anak anak mencium telapak Ban motor Pak Kiay menjadi kebanggaan kami anak anak Ndeso sampai hidung ini ampir mencium knalpot motor Pak Kiay.    Kau tetap ceria rendah hati pada wajah wajah mungil anak anak khas memelas kulit item dengan hiasan gambar tatto kulit kaki kami yang apik sarat sejarah tatu koreng Quadran anak anak buruh Tani aliran miskin ortodok kampung Pabelan tetanggamu, ”tak terbayangkan 30 tahun yang lalu”....anak anak kecil liar seperti kami pun kau ajari kerja keras kapasitas anak anak dengan berburu kepiting dan ikan cempli lalu di beli tau untuk apa kerja keras bersaing mencari kepiting sesama anak anak dengan imbalan uang dan senyum Mbak Fatimah yang kaya artis India saat itu...   Masih ku ingat Wo Sum (almarhum)sahabat Simbok di sawah menirukan Pak Kiay Hamam dalam kuliah subuh, ”  Jeng penting Wajibe dewe ki usaha jeng paling biso”     yang penting kita berikhtiar yang paling kita bisa punjule balekke nang Gusti Alloh...( selebihnya kembalikan pada Allah) rausah masalahke Sholat Tarweh peng 8 roka’at po 21 roka’at jeng elek jeng ora sholat Tarweh (tidak usah mempermasalahkan Sholat tarweh 8 Rokaat atau 21 Rokaat yang jelek yang tidak Sholat Tarweh) bahasa Amerikanya Islam is Integrate. Masa kecilkupun ku lalui dengan bahagia penga n penuh rasa syukur sampai akhirnya aku masuk sekolah ke Pondok Pesantren Pabelan ngelaju yang gratis dan baru ku sadari betapa besar jiwa Pak Kiay yang berprinsip tidak memungut biaya pada warga kampung seperti komunitasku dan kita tetap di cetak untuk bermental besar dengan jiwa Enterpreneur yang baru kusadari kelebihan sistem Pesantren kok sama persis yang di sampaikan para Tutor Motifasi dalam seminar yang aku ikuti, Pak Kiay sudah mengajari 40 tahun yang lalu, tetap menjadi diri sendiri dan mampu mengendalikan diri dan peran itu sudah sangat apik di perankan Almarhum Pak Kiay semasa hidupnya, pelajaran Mahfudhot yang musti di hafalkan menjadi dasar mental membangun Manset besar dengan filosofi gedung asrama santri yang di beri nama gedung Presiden, Bupati, Japan dll itu menjadi dasar setting mental besar positif sebagai magnit liar menuju apa yang kita cita citakan, Konsep sektarianisme dasar berfikir hidup yang ada di pondok menjadi kosep sinergis dari pengembangan wilayah dalam usaha, tatakota, bahkan rumah ibadah agama lain, dalam sejarah kepemimpinan pesantren kau ibarat sukses membawa revolosi besar pesantren pada area yang sangat di perhitungkan, Seni Budaya, Pendidikan Islam, pengembangan sosial masyarakat, itu baru kusadari setelah usiaku dewasa menjadi orang tua bagaimana berat berjuang untuk sebuah aktualisasi, masih terngiang ucapan simbokku bahwa kau bukan orang yang kaya di desa,  sejarah yang bangun dari bawah,  dan santri awalpun buruh maro sawah dan ngusung batu untuk di jual.  Masih ingat cerita Lek Jamzani sahabatmu yang kau boncengkan dengan sepeda ontel keliling Jogja dari Pabelan dengan membisu semalam adalah bentuk akumulasi dari tekanan batin yang sangat berat antara harapan, kekecewaan, halangan, putus asa, untuk kemajuan pesantren kau curahkan dengan segenap jiwa, dan raga baru kusadari nasehatmu ” jangan berdo’a berharap hidup semakin ringan tetepi berdo’alah untuk tahan banting.....” Ku tahu nasehatmu adalah dari perjalanan hidupmu.
Kau pemimpin seperti singa yang sangat kuat memimpin segerombolan domba, bukan segerombolan singa yang kocar kacir ketika di pimpin sepasang domba...   Semoga keselamatan kesejahteraan dan ampunan dari Alloh selalu terlimpah kepadamu, semoga Alloh memberi alam kubur yang terang dan luas dan berikanlah tempat Surga yang terbaik di sisi orang orang yang Sholeh, semoga kesejahteraan untuk segenap keluargamu, terimakasih kepadamu atas nama keluargaku yang telah kau angkat derajatnya dengan pendidikanmu Ponndok Pesantren Pabelan



3 komentar:

  1. Siang Berkunjung,..artikel mantep mas

    BalasHapus
  2. walaupun saya cuma 1 setengah tahun berada dalam "dekapan" pak kyai hamam ja'far. namun saya merasa sangat lama bersama beliau. 1 pesan yang sampai saat ini saya ingat dari beliau, pesan ini beliau sampaikan langsung kepada saya ketika kuliah subuh di bulan ramadhan."hormati orang yang lebih tua".

    BalasHapus
  3. Kalau aku kagum dengan wibawa Beliau yang sangat dihormati oleh masyarakat, bisa menggerakkan masyarkat dari semua kalangan, kala itu sudah bisa mengajak partisipasi masyarakat dalm pendidikan dg pendidikannya yang berbaur dengan masyarkat.

    BalasHapus