Sejarah Desa Pabelan

.

Sejarah nama Desa Pabelan

Pabelan adalah sebuah nama sungai  purba tua dari hulu Gunung Merapi sampai Hilir danau telaga purba penuh teratai candi Borobudur karena menurut penelitian, bahwa 22 ribu tahun yang lalu 
candi Borobudur radius kurang lebih 200 hekter bawah tanah kedalaman 30 meter adalah lumpur bekas telaga Purba yang sangat indah dan Candi Borobudur zaman dahulu mengambang bagai bunga teratai di atas telaga tetapi sungai purba tersebut juga merupakan sebuah nama desa yaitu desa PABELAN dan juga nama sebuah Pondok Pesantren di Kecamaan Mungkid Kab, Magelang, Jawa Tengah.
Dari kondisi struktur tanah dan geografis desa Pabelan pada jaman dahulu adalah tanah bukit bukan dataran seperti sekarang ini. Puncak bukit yang tidak pernah berubah Bentuk sampai saat sekarang ini tinggal 5 persen dari areal desa Pabelan yaitu terletak berlokasi di barat Pondok Pesantren Pabelan dan areal tersebut kurang lebih 5 hektar tanah cadas dengan ciri kalau tanah di pukul terasa keras tidak berongga karena terdiri tanah cadas yang keras yang di kelilingi tanah pasir yang menutup desa secara keseluruhan
areal  posisi tanah tersebut kurang lebih satu kilo meter dari jalan Jogja Semarang. 
             Wilayah desa Pabelan sudah di huni manusia lebih seribu tahun yang lalu tetapi kembali menjadi hutan belukar setelah gunung Merapi meletus dahsyat tahun 1006 M (Van Earp) sementara kurang lebih tahun 1740 M data tahun kehidupan Pangeran Singosari Raja Majapahit VII yang makamya di Watu Congol Muntilan itulah awal baru Pabelan di huni manusia generasi ke dua.  Sementara sungai purba sudah terdapat adanya pada usia 22 ribu tahun yang lalu penelitian (Van earp Belanda) dan nama desa Pabelan sendiri sudah terdapat pada peta yang di buat Belanda tahun 1840 yang lalu tidak di mengerti siapa sebenarnya yang memberi nama Pabelan.


Nama PABELAN sendiri berasal dari kata PAPAN PAMBELA'AN (Bpk KH. Najib Hamam) yang berarti markas atau camp berjuang untuk bangsa dan Negara yang mana dahulu di bantaran sungai Purba sebelum nama Pabelan terlahir, arah utara desa menjadi bukti sejarah perjuangan perang melawan penjajahan Belanda,
di batas desa terdapatnya rel kereta api dan stasiun Muntilan yang menjadi jalur pokok transportasi ke Ibukota pemerintahan Jogjakarta sebelum pindah ke Batavia Jayakarta jadi tempat menghadang musuh yaitu Tentara Belanda tepatnya di bantaran sungai Pabelan.
Sering terjadi penghadangan dan penyergapan oleh para pejuang bangsa terhadap tentara Belanda. Tidak sedikit korban yang berjatuhan di kedua belah fihak selanjutnya untuk mengenang perjuangan rakyat dan masyarakat saat itu oleh pemerintahan Orde Baru  di bangun sebuah Monumen Bambu Runcing di seberang sungai bersebelahan batas kelurahan desa Pabelan sebagai simbul alat senjata perang dan sebagai senjata perlawanan masyarakat saat itu.
Sementara itu kampung Pabelan adalah selalu dan Strategis sebagai markas perang karena terhalang rimbunan pepohonan yang lebat untuk bersembunyi yang sekarang pohon lebat itu menjadi kampung yang bernama kampung
KALANGAN dengan arti menghalangi pandangan musuh dan areal interogasi dan exsekusi musuh menjadi kampung JAGALAN, dari kata JAGAL.
Sisi barat desa terdapat areal tanah jurang  dalam  bernama nglegok juga di percaya pernah menjadi persembunyian Pahlawan Nasional yaitu Mbah Kiay Mojo dan di yakini mempunyai istri dari Pabelan  beliau Pahlawan dan juga sahabat perjuangan Pangeran Diponegoro dalam melawan Kompeni dan beliau meninggalkan petilasan sumur Kiay Mojo dan sendang Si jaran  di menoreh dan situs beberapa makam misteri tepatnya Nglegok kebon Mojo desa Pabelan IV tetapi makam dan sumur  tersebut kini tak terawat sehingga berisi daun dan belukar yang menutupi.
Penemuan tidak sedikit pendaman balok kayu bekas bangunan purba, umpak pondasi rumah, pendaman pohon kelapa posisi berdiri dengan pelepah utuh membatu di dalam tanah kedalaman 15 meter mendasari kesimpulan bahwa sebagian desa terpendam sampai ketinggian 100 meter  tanah pasir. Menutup peradapan lama desa Pabelan, sementara pertempuran yang sengit juga banyak meninggalkan luka Budeg(tuli)dan cidera fisik pada para pejuang jaman dahulu karena kerasnya bom Belanda di areal pertempuran yaitu di bantaran sungai purba  1 kilo meter arah utara Pabelan serta keberadaan jembatan  di batas desa Pabelan dan jembatan kereta api Belanda yang selalu hilir mudik membawa barang serta sebagai tempat tangki tangki minyak jarak yang berjejer menjadi sejarah nama kampong
TANGKILAN artinya gudang minyak.
Kalau di hubungkan tenggelamnya kampung Pabelan oleh lahar dingin merapi pada sejarah Candi Borobudur itu, terjadi pada tahun 1006 M karena dalam penelitian oleh Van Earp Belanda yang menutup telaga Borobudur adalah letusan gunung Merapi pada tahun tersebut  sehingga menutup Candi Borobudur menjadi gundukan tanah memendam candi  dan lama kelamaan menjadi hutan lebat(Redi Borobudur) selama hampir 400 tahun, sebelum di ketemukan kembali oleh Jendral Gubernur Raffles tahun 1814 M. 
Perlu di ketahui bahwa candi Borobudur dahulu di bangun di atas danau telaga yang sangat indah, telaga tersebut dahulu adalah muara dari sungai Pabelan dari gunung Merapi sungai Elo dari gunung Merbabu dan sungai Progo dari gunung Sumbing serta sungai Sileng dari pegunungan Menoreh, Tenggelamnya candi Borobudur juga berbarengan dengan tenggelamnya desa pra Pabelan karena sungai Pabelan menjadi satu satunya jalan Tol lahar merapi karena kampung Pabelan sendiri berada di bantaran sungai dari gunung Merapi, luapan lahar yang banyak dari gunung Merapi penutup telaga taman teratai suci candi Borobudur yang indah, ledakan gunung merapi yang sangat besar itu juga menggeser pemerintahan besar Putri Dewi Pramodya Wardani yaitu Ratu Mataram kuno yang membangun candi Borobudur pindah ke Jawa Timur meninggalkan peradaban maju Budha dan meninggalkan tempat ibadah candi Borobudur yang di bangun tiga generasi pemerintahan.

sementara cikal bakal manusia yang pertama tinggal di kampung Pabelan dalam buku Babat Tanah Jawa adalah 3 bersaudara yang masih muda putra Adipati Tulung agung trah Singosari, yaitu Kertotaruno, Mohammad Ali, Sedolaut yaitu tiga bersaudara mereka adalah Putra dari Pangeran Singosari (K.R Santri) atau Raja Brawijaya VII beliau yang makamnya di makam Raja Gunung Pring Watucongol Muntilan Magelang sekitar 5 kilo meter dari desa Pabelan dan masih kerabat Majapahit 
Mereka bertiga adalah putra Raja Majapahit XIV yaitu Pangeran Singosari atau Raden Santri, kurang lebih tahun 1670M yang lalu.




Silsilah cikal bakal masyarakat desa Pabelan:




                                              KIAY  KERTOTARUNO




                                                                   PIHAK LAKI LAKI


PANGERAN SINGOSARI  (KIAY  RADEN  SANTRI)
KIAY  KERTOTARUNO  =  KIAY MUHAMMAD ALI = KYAI SEDO LAUT
ABDULGHONI
KYAI DEMANG
KYAI ZAENAL
KYAI TOLABUDDIN                             PIHAK PEREMPUAN
KYAI JASMANI ALI
KYAI BASYAR IMAM
KYAI MUHAMMAD
KYAI SURATMAN
KYAI NIDHO MUHAMMAD
KYAI TASLIM
KYAI ABDULMAJID
HAJI IMAM
.................
................
................
DLL........


            Sejarah awal babat desa Pabelan adalah ketika  Pangeran Kertotaruno muda bermaksud mencari lahan untuk tinggal menetap sebagai pengembara kepada guru dan ayahandanya yaitu Pangeran Singosari ataupun Raden Santri dan di suruhnya untuk mencari tanah wangi untuk pertanda tempat yang cocok untuk tinggal, yang unik pencariannya lewat tepi sungai bukan jalan yang biasa di lalui manusia, cukup lama perjalanan untuk mencari tanah wangi tersebut hari hari disusurinya sungai Progo dan lembah sungai Elo terus sepanjang sungai Pabelan tetapi di topang lewat mata batin Kertotaruno yang tajam maka di ketemukan sebuah bangunan gubuk tak berpenghuni dengan areal sekarang ini adalah dusun Pabelan 3 dan tanah di tempat tersebut ternyata berbau wangi akhirnya gubuk tersebut di bangun Masjid yang terkenal di di Pabelan sebagai MESJED KULON seterusnya beliau menetap dan tinggal sampai akhir hayat dan beliau di makamkan di tanah wangi tersebuat, 
selama tinggal di kampung yang akhirnya bernama Pabelan tersebut beliau juga tinggal hidup bersama adik beliau Mohammad Ali  (makamnya di Pondok Pesantren Pabelan)    tetapi Sedo Laut yang terahir ini tidak ada kejelasan yang pasti siapa nama yang sesungguhnya ada yang nengatakan beliau bernama ki Demang Sedo laut artinya (meninggal di laut) dan Mohammad Ali tiga  Pangeran  bersaudara  tersebut adalah juga dari trah auliya atau Wali keturunanya menyebutnya Mbah Kiay dan mereka adalah sebagai cikal bakal sejarah Pondok Pesantren Pabelan dan masyarakat Pabelan sebelum nama desa Pabelan lahir seterusnya sampai beberapa generasi Kyai Mohammad Ali Trah Menurunkan  Kiay Anwar, Kiay Hamam Ja’far dan Kiay Ahmad Mustofa Dan Kyai Kerto Taruno menurunkan Trah  Kyai Muhammad Balya serta Prorfesor Komarudin Hidayat Dll.
Kyai Sedolaut tidak ada kabar dan beritanya setelah beliau pergi menunaikan Ibadah Haji, di perkirakan beliau tinggal di jazirah Arab tetapi sampai saat ini sejarah yang di percaya secara turun temurun mengatakan beliau meninggal di laut ketika berangkat melakukan Ibadah Haji,
beliaulah  yang menurunkan cikal bakal Masyarakat Pabelan dan juga di sertai kehadiran Mbah kiay Zakaria yang masih kerabat Trah Sunan Giri yang makamnya terdapat di Pabelan IV menurunkan keturunanya sampai saat ini dan Trah keturunan Kyai Mentosari yang makamnya berada di Pabelan satu yang menurunkan keturunannya Desa Pabelan yang terkenal sebagai desa Santri juga sarat perjuangan para Wali Waliyulloh dalam menyiarkan agama Islam mengingat makam Raja Nggunung Pring Watu Congol saat itu terbangun juga sebagai posko jihad Spiritual lintas agama mensyiarkan Islam jaman dahulu mengingat Candi Borobudur yang menjadi pusat agama Budha dan dibangunya Misionari Katholik Vanlith utusan Roma yang berlokasi di Muntilan atau sekitar 4 kilo meter dari posco Islam Gunung Pring Muntilan adalah katolik misionary tertua di Indonesia bahkan di Asia Tenggara,
          Sejarah desa Pabelan adalah sejarah perjuangan Negara dan Syiar Agama oleh generasi yang lalu ada dua kali periode kehidupan di Pabelan sebelum tenggelamnya desa Pabelan oleh lahar dingin dari dari ledakan dahsyat gunung Merapi yang pertama tahun 1006M nengeringkan dan memendam candi Borobudur dan terjadi banjir lahar kembali yang ke 2 di perkirakan tahun 1890 M juga memendam kampong Pabelan memendam petilasan mata air desa Ngrajeg yang berlokasi di batas desa kelurahan Pabelan yang sejarahnya menjadi pemandian nenek moyang para umat Budha dan Raja jaman dahulu yang akan beribadah di candi menjadi rata dengan tanah.
Lokasi desa Pabelan di perkirakan adalah Gapura masuk bangsa dan pemerintahan jaman dahulu yang akan beribadah di Candi Borobudur di dasari penemuan  lantai batu purba membuktikan bahwa mata air Ngrajeg yang berlokasi selatan desa Pabelan adalah tempat bersuci umat Budha mengikuti garis lurus kearah candi Mendut candi Pawon dan Borobudur jaman dahulu berupa batu andesit rata paving nenek moyang yang akan beribadah.
Kondisi tanah di desa Pabelan sekarang ini 90%adalah pasir vulkanog dari gunung Merapi sebelum terbenamnya desa pra Pabelan dahulu Pabelan terbagi menjadi dua yaitu Pabelan nggunung dan Pabelan Ngisor sebelah barat nggunung terdapat jurang yang terjal tanah yang legok atau dalam di sebut
NGLEGOK dan di sebelah timur NGISOR menjadi daerah pertanian yang subur dengan deretan pohon pinang yang berjejer indah yang dalam bahasa jawa pohong jambe yang sampai akhirnya di huni manusia menjadi kampung JAMBEAN sementara peninggalan sejarah dari Mbah Kyai Kertotarunao adalah MASJID KULON yang tekenal dengan nama masjid Kiay Kertotaruno dan peninggalan Mbah Kiay Mohammad Ali yaitu bangunan MASJID WETAN yang menjadi masjid Pondok Pesantren Pabelan yang tradisi pesantrennya melanjutkan pesantren yang di dirikan Mbah Kiay Mohammad Ali dan oleh Almarhum Almukarrom Bapak Kiay Hamam Ja’far dan di lanjutkan Oleh Bpk  KH. Najib Hamam yang maju dan terkenal se Asia Tenggara di percaya karena masih ada Trah Raja Majapahit setiap generasi melahirkan orang yang berkiprah pusat pemerintahan Negara…. sejarah di ambil dari berbagai sumber... Muhammad Dimyati







Sejarah nama Desa Pabelan
Bapak KH.Hamam Ja'far singa pemimpin domba
Prokontra legenda sejarah WATU BENTHET(batu belah)...
CARA BERFIKIR ORANG KAYA DAN ORANG MISKIN ...
SBY kejeblukan gangsingan ..Kaciaaaaaannnnn !!!!.....
Sungguh sungguh terjadi
Rumah Pabelan Happy Area

5 komentar:

  1. Koreksi Mas Bro, Pangeran Singosari yang ada di Watu Congol adalah putra Panembahan Senapati Raja Mataram Islam yang pertama, bukan putra Brawijaya....Beliau ditugaskan keponakannya yang menjadi Raja Mataram berikutnya yaitu Sultan Agung Hanyokrokusuma untuk mengelola wilayah Kedu.....

    BalasHapus
  2. makasih masukan koreksinya,saya hanya berdasarkan peta silsilah yang terdapat di makam pangeran singosari( Raden Santri Gunung Pring)Muntilan...perlu literatur yang lebih lengkap trimakasih sekali..

    BalasHapus
  3. Saya mencari kerabat mbah buyut saya bernama Wiryosudira / Mas Wir makam di Paremono. Lurah Pabelan yg dulu siapa yg punya kerabat di Paremono?

    BalasHapus
  4. terima kasih mas atas Infonya..ini rencana saya juga tertarik meneliti asal usul dan peran Desa Pabelan untuk kepeluan tesis saya. JIka berkenan, saya minta no hp untuk diskusi. Ini nomer saya 088290025503

    BalasHapus